Kisah ini bercerita tentang cinta seorang pemuda kepada seorang gadis yang begitu cantik. Pemuda ini bernama Jaka Tarub yang tinggal di sebuah desa di Jawa Tengah. Bagaimana cerita kelanjutan cerita cinta Jaka Tarub dengan sang gadis tersebut? Tapi sebelum itu kamu juga bisa mengetahui ayat seribu dinar ketika menyimak ulasan ini. Selamat membaca.
Awal kisah
Pada
zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Tarub. Ia hidup bersama
ibunya yang biasanya dipanggil Mpok Milah. Singkat cerita, ibu Jaka Tarub meninggal
ketika Jaka Tarub sedang berburu ke hutan. Pada suatu malam ditengah tidurnya
yang lelap, Jaka Tarub bermimpi bertemu dengan seorang gadis cantik yang akan
menjadi istrinya. Ia terbangun dan tersenyum membayangkan mimpi tersebut.
Pada
suatu hari, Jaka Tarub pergi memancing di sungai dalam hutan. Tanpa membuang
waktu, ia langsung melempar kailnya. Namun tiba-tiba, Jaka Tarub terkejut
dengan munculnya tujuh warna yang melengkung dari langit. Karena penasaran,
Jaka Tarub mendekat untuk melihat lebih seksama. Ia terkejut, ternyata warna
melengkung dari langit adalah bidadari yang tengah mandi di sungai. Jaka Tarub
langsung terpesona dengan kecantikan tujuh bidadari tersebut. Tiba-tiba ia memiliki
ide untuk mengambil salah satu selendang bidadari dan menyimpannya di balik
bajunya.
Tiba-tiba salah satu bidadari berkata, ”Ayo kita pulang sekarang. Hari sudah sore.” Dan bidadari lain menjawab, “Benar. Sebaiknya kita pulang sekarang sebelum matahari terbenam.” Para bidadari itu keluar dan mengenakan pakaian mereka masing-masing. Tiba-tiba seorang dari bidadari berkata, “Dimana selendangku? Siapa yang mengambilnya?” Para bidadari pun langsung berpencar untuk mencari selendang yang hilang tersebut. Namun, hari sudah menjelang sore dan para bidadari pun harus pulang ke kayangan. Pada akhirnya, tinggallah bidadari yang hilang selendang tersebut. Bidadari tersebut bernama Nawangwulan. Jaka Tarub datang dan mengajak Nawangwulan ke rumahnya. Jaka Tarub memberikan baju kepada Nawang Wulan dan memintanya untuk menjadi istrinya. Nawang Wulan pun bersedia menjadi istri Jaka Tarub. Jaka Tarub sangat bahagia karena mimpinya menjadi kenyataan.
Perjalanan Cinta
Akhirnya keduanya menikah dan memiliki anak yang bernama Nawangsih. Pada awalnya, Jaka Tarub sangat bahagia. Namun setelah bertahun-tahun berumah tangga, Jaka Tarub keheranan karena tempat menyimpan beras selalu penuh. Ketika bertanya kepada istrinya, Nawang Wulan hanya tersenyum. Akan tetapi, Jaka Tarub dibuat penasaran karena hal tersebut. Hingga ia membuka penanak nasi yang isinya hanya sebutir beras. Saat kembali, nasi yang dimasak masih berwujud sebutir beras. Sejak saat itu, sebutir beras tidak dapat berubah menjadi nasi. Kekuatan Nawang Wulan telah hilang dan harus memasak nasi sesuai takaran pada umumnya. Lama kelamaan, beras yang tersimpan pun habis.
Kebohongan
Di
saat bersamaan, Nawang Wulan menemukan selendang yang selama ini dicarinya. Ternyata,
selendang tersebut tersimpan di dasar tempat beras.
“Bukankah ini selendangku?” ucap Nawang Wulan sambil meraba selendang itu. Benar, itu adalah selendangnya. Bersamaan dengan itu, Jaka Tarub datang. Melihat Nawang Wulan telah menemukan selendangnya, Jaka Tarub meminta maaf kepada Nawang Wulan.
Akhir Cinta
Nawang Wulan berpamitan kepada suaminya untuk kembali ke khayangan. Jaka Tarub berusaha menutupi kesedihannya dengan mencoba tetap tegar. Saat berpamitan, Jaka Tarub meminta istrinya untuk selalu melihatnya dan anak semata wayang mereka, Nawangsih.
Pesan Moral
Pesan moral dalam cerita Jaka Tarub adalah dalam memulai suatu hubungan dengan oranglain, diperlukan adanya kejujuran. Hal inilah yang diterapkan oleh Shenina Cinnamon dan Angga Yunanda yang membuat keduanya masih langgeng dalam menjalin kisah asmara hingga saat ini. Dan jika kita menginginkan sesuatu, berusahalah untuk mendapatkannya dengan cara yang baik.
1 Komentar
cerita yang menarik
BalasHapus