Sampuraga merupakan cerita rakyat mandailing, Sumatra utara yang mirip dengan cerita Malin kundang dari Padang. Sampuraga atau kolam sampuraga terletak di Kawasan Sirambas, Kecamatan panyabungan Barat. Kolam ini menjadi objek wisata favorit pada hari hari besar. Menurut masyarakat mandailing , Kolam Sampuraga merupaja penjelmaan dari seorang pemuda yang bernama sampuraga yang dikutuk oleh ibu kandung sendiri. Lalu apa penyebab Sampuraga dikutuk ?. ingin tahu kisah dibalik Sampuraga ? yuk ikuti kisah legenda Asal mula Kolam Sampuraga berikut ini.
Pada Zaman dahulu kala di daerah padang Bolak, Hiduplah seorang janda tua dengan putranya yang bernama Sampuraga. Mereka berdua tinggal di sebuah gubuk kecil, walaupun hidup dengan kemiskinan, mereka tetap saling menyayangi satu sama lain. Sampuraga dan ibunya memenuhi kebutuhan hidup sehari hari mereka dengan mencari kayu bakar dan bekerja diladang milik orang. Keduanya sangat rajin bekerja dan jujur, sehingga namyak orang kaya yang suka pada mereka.
Pada suatu siang, Sampuraga bersama majikannya sedang berisirahat di bawah sebuah pohon yang rindang setelah bekerja sejak pagi . Sambil menikmati makan siangnya , mereka berbincang bincang dalam suasana akrab. Seakan tidak ada jarak antara majikan dan buruh. Dalam perbincangan mereka majikan sampuraga menyarankan Sampuraga untuk merantau ke negeri seberang. Majikannya menjelaskan bahwa di negeri sebrang yang bernama negeri mandailing sangat mudah untuk menghasilkan uang. Obrolan dengan sang Majikan itu melambung impian Sampuraga .
Sepulang dari bekerja di ladang majikannya, Samuraga menyampaikan keingiannya tersebut pada ibunya. Ibunya dengan berat hati memberikan izin kepada Sampuraga. Setelah mendapatkan doa restu dari ibunya, Sampuraga segera mempersiapkan segala sesuatunya. Sebelum ia meninggalkan kampung halamanya, Sampuraga mencium tangan sang ibu yang sangat dia sayangi. Suasana haru pun menyelimuti hati ibu dan anak yang akan berpisah itu. Tanpa terasa, air mata keluar dari kelopak mata sang ibu. Sampura pun tidak kuasa membendung air matanyaa. Ia kemudian merangkul ibunya, sang ibu pun membalasanya dengan pelukan yang erat. Dia pun berjanji pada ibunya jika ia sudah sukses di perantauan ia akan menemui ibunya .
Setelah itu berangkatlah ia meninggalkan ibunya seorang diri. Berhari hari sudah sampuraga berjalan kaki menyusuri hutan belantara dan melewati beberapa perkampungan. Hingga suatu hari sampailah ia dikota keraajaan pidoli, Mandailing. Ia sangat terpesnona akan negeri tersebut. Penduduk dikota itu ramah- tamah, masing masing mempunyai rumah dengaan bangunan yang indah bearatpkan ijuk. Dan Sebuah istana berdiri megah di tengah tengah keramain kota. Candi yang terbuat dari batu bata juga terdapat di setiap kota. Hal itu menandakan bahwa penduduk di kota itu hidup Makmur dan sejahtera.
Sampuraga pun tertarik untuk mencoba melamar pekerjaan di kota tersebut, tanpa di sangka lamaran pertamanya pun diterima. Ia akhirnya bekerja pada seoraang pedaagang yang kaya raya. Sang Majikan sangat percaya kepadanya. Karena Sampuraga sangat jujur dan rajin dalm bekerja. Sudah berulang kali sang Majikan menguji kejujuran Sampuraga, ternyata ia memang pemuda yang sangat jujur. Oleh karena itu, sang Majikan memberinya modal untuk membuka usaha sendiri. Dalam kurun waktu yang singkat, usaha dagang Sampuraga berkembang dengan pesat. Keuntungan yang diperolehnya ia tabung untuk menambah modalnya, sehingga usahanya semakin lama semakin maju.
Tidak lama kemudian, ia pun terkenal sebagai pengusaha muda yang kaya-raya. Sang Majikan sangat senang melihat keberhasilan yang dicaapai oleh Sampuraga. Ia berkeinginan menikahkan Sampuraga dengan putrinya yang terkenal paling cantik di wilayah kerajaan Pidoli. Pernikahan mereka dirayakan secara besar-besaran menurut adat Mandailing. Persiapan mulai dilakukan satu bulan sebelum acara tersebut diadakan. Puluhan ekor kerbau dan kambing yang akan disembelih disediakan. Gordang Sambilan dan Gordang Boru yang terbaik juga dipersiapkan untuk menghibur para tamu undangan.
Walaupun masih memiliki rasa keraguan dalam hatinya, ibu tua itu ingin memastikan berita yang telah didengarnya. Setelah menyiapkan bekal secukupnya, berangkatlah ia ke negeri Mandailing untuk menyaksikan pernikahan anaknya itu. Setibanya di wilayah kerajaan Pidoli, tampak sebuah keramaian dan terdengar pula suara Gordang Sambilan bertalu-talu. Dengan langkah terlunta-lunta, nenek tua itu mendekati keramaian. Alangkah terkejutnya, ketika ia melihat seorang pemuda yang sangat dikenalnya sedang duduk bersanding dengan seorang putri yang cantik jelita. Pemuda itu tidak lain adalah Sampuraga, putra kandungnya sendiri.
Seketika itu
juga, langit diselimuti awan tebal dan hitam, dan petir pun menyambar. Tidak
lama kemudian, hujan deras turun diikuti suara guntur yang menggelegar. Seluruh
penduduk yang hadir dalam pesta berlarian menyelamatkan diri, sementara ibu
Sampuraga menghilang entah ke mana. Dalam waktu singkat, tempat penyelenggaraan
pesta itu tenggelam seketika. Tidak ada seorangpun yang selamat, termasuk
Sampuraga dan istrinya.
x
x
0 Komentar