Alkisah di sebuah daerah Kepulauan Riau, hiduplah seorang bujang yang ceking dan kumal. Orang-orang memanggil lelaki itu dengan sebutan si Badang. Si Badang muda memang tidak terlihat istimewa. Lengannya yang kurus terlihat mudah patah, sementara kakinya terlihat seperti orang lumpuh. Tak ada yang menyangka jika kemudian si Badang tumbuh menjadi pria perkasa. Oleh orang-orang, ia dikenal sebagai pria yang terkenal jujur dan sederhana.
Si Badang diceritakan sebagai sosok pria yang suka berkelana. Hidupnya berpindah-pindah, ke Bintan, Daik, Pulau Buluh hingga ke Tumasik. Di Tumasik, si Badang dikenal sebagai orang sakti. Hingga Tuan Putri penguasa Tumasik memilihnya untuk mewakili kerajaan dalam sebuah adu kekuatan. Hal ini terjadi setelah sesosok orang kuat dari India menghadap Tuan Putri dan berkata akan menyerahkan semua hartanya. Salah satu syarat adalah orang suruhan Tuan Putri harus menang dalam adu kekuatan melawan dirinya. Yang membuat Tuan Putri ketakutan, apabila kalah maka Tumasik harus diserahkan kepada si orang kuat dari India. Tentu saja Tuan Putri tidak menginginkan hal itu terjadi.
Adu kekuatan pun ditentukan, si Badang dipilih untuk menghadapi orang kuat dari India. Lokasi adu kekuatan ada di wilayah pantai timur Tumasik, di depan Pulau Sentosa. Pada waktu yang telah ditentukan, adu kekuatan dimulai. Kesempatan pertama diberikan kepada orang kuat dari India yang langsung memamerkan kekuatannya mengangkat batu besar dengan berat setengah ton ke atas kepalanya. Tuan Putri langsung gusar, khawatir si Badang tak bisa menandingi lawannya. Di benaknya telah terbayang nasib Tumasik yang harus menanggung kekalahan si Badang.
Giliran pun tiba, si Badang mengambil waktu sejenak untuk melihat batu besar yang diangkat lawannya. Sebelum mengangkat batu itu, si Badang juga melayangkan pandangan ke Gunung Ledang, lalu ke Selat Singapura. Tak disangka, si Badang bisa mengangkat batu besar itu dengan mudahnya. Batu itu bahkan ia lambung-lambungkan dari tangan kanan ke tangan kiri. Tak hanya itu, si Badang lalu mengambil ancang-ancang. Batu besar itu dilemparkan si Badang ke arah laut dan sekejap hilang dari pandangan.
Rakyat Tumasik bersorak, si Badang langsung keluar sebagai pemenang. Raut wajah Tuan Putri pun berubah, dari gelisah menjadi senang bukan main. Setelah hingar bingar kemenangan terlewati, terbesit pertanyaan dari Tuan Putri tentang di mana batu besar itu terjatuh. Si Badang menjawab bahwa batu itu pecah berserakan di kawasan sejauh 10 mil laut dari tempatnya sekarang. Segera Tuan Putri memerintahkan hulubalang untuk mencari pecahan batu tersebut.
Pecahan batu tersebut ditemukan di bagian utara sebuah pulau yang kini dikenal dengan nama Batam. Kepingan-kepingan batu itu terlihat indah, sehingga oleh hulubalang kemudian disebut dengan Batu Ampar yang berarti batu yang terhampar.
0 Komentar